Hayo cepat kasih komentar

Hayo cepat kasih komentar
Kucing Lagi Nodong..where's my comment ?
SELAMAT DATANG DI FORUM KOMUNIKASI ALUMNI SEKOLAH BRUDER 79 PONTIANAK.

BLOG INI DIBUAT SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTAR ALUMNI SEKOLAH BRUDER-PONTIANAK. KHUSUSNYA TEMAN-TEMAN YANG LULUS SD TAHUN 1972, LULUS SMP 1975 DAN LULUS SMA 1979.
ALAMAT EMAIL SEBAGAI BASIS KOMUNIKASI ADALAH
bruder79@gmail.com

FORUM/BLOG INI MILIK KITA SEMUA, DIPERSILAHKAN IKUT MENGELOLA BLOG INI AGAR MENJADI SEBUAH BLOG YANG BAGUS DAN BERMANFAAT.

SANGAT SANGAT DIHARAPKAN KONTRIBUSI DARI TEMAN-TEMAN UNTUK AKTIF MENGISI FORUM INI. TULISAN, ARTIKEL, FOTO-FOTO DAPAT DIKIRIM MELALUI EMAIL NANTI AKAN DIMUAT DALAM BLOG.

ATAU Silahkan langsung menulis sesuatu atau komentar dengan meng-klik "KOMENTAR" di foot-note (di bawah artikel) atau kirim email ke bruder79@gmail.com


PHOTO-SLIDE EPISODE #1

Jika teman-teman masih menyimpan foto-foto tempo dulu yang ada kaitannya dengan sekolah di AR Hakim itu, kirim melalui email kepada kami.................................................

09 Maret, 2009

KOPI, SEDAAAAAAAP......



Semua kita pastilah mengenal kopi, walaupun tak semua dari kita penikmat kopi apalagi maniak kopi.
Bagi saya sendiri, kopi adalah suatu kebutuhan utama sebagaimana halnya kebutuhan akan seks, selalu memberi kenikmatan yang lebih, lebih dan lebih, tetapi sekaligus juga selalu kurang dan kurang dan selalu akan mengulang kembali. Sebagaimana yang dikatakan rekan kita Willy, bahwa kenikmatannya cepat terlupakan, walau tetap membekas (halah si abang berbelit-belit banget, capedeeeeehh) dan perlu disegarkan kembali dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kopi bagi saya adalah ritual, pagi, siang, sore, bahkan di malam hari. Malam hari?? ga takut kalo ga bisa tidur?? ya nggak lah karena memang,minum kopi pasti tak bisa tidur, hehehehe... mana ada orang yang bisa minum kopi kalau lagi tidur... hehehehe...
Sedemikian ritualnya kopi bagi saya, hingga dalam membuatnya (kecuali kopi 3 in 1 instant)saya selalu mengerjakannya sendiri, mulai dari menyiapkan gelas, merebus air, menuangkan dan menghirup aromanya yang sanggup membuat seluruh sistim saraf saya terbangun dan berdiri tegap, serta memberikan sensasi yang membangkitkan imaji. Walau memang, peralatan untuk ngopi saya masih tergolong primitif, berhubung belum tersedia cukup dana dan belum dapat sponsor untuk beli peralatan yang harganya cukup aduhai.. hahahahaha...

Harga peralatan (baca: mesin kopi) memang ber macam-macam, mulai dari peralatan manual semisal FrenchPress seharga beberapa puluh ribu hingga ratusan ribu, Vietnam Drip yang seratusan ribu, atau mesin kopi yang sederhana seharga ratusan ribu hingga mesin kopi yang berharga jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Marzocco misalnya, konon mencapai USD 7.500,- ya, lebih dar 75 juta rupiah.

Memang sih alat ini biasanya terpasang di cafe kelas atas. Tapi sekedar tahu saja, banyak penikmat kopi yang mempunyai dan mengoleksi peralatan kopi dirumah untuk keperluan sendiri seharga belasan juta rupiah, atau puluhan juta dan terdiri dari berbagai jenis, merk dan type. Yakh.. namanya saja demi kepuasan.
Saya sendiri bukanlah ahli kopi, sekedar penikmat saja. Kopi sendiri mempunyai aturan baku yang cukup rumit, ada standard penyimpanan, standard kekeringan, standard keasaman, dan standard-standard lainnya yang berlaku secara internasional, bahkan ada ahli pencicip kopi.
Bagi saya sendiri, sebagai penikmat, cukuplah apabila kopi ketika mulai dibuka dari bungkus hingga ketika disedu, mengeluarkan aroma yang harum, biasanya kopi tersebut enak. Tetapi kalau ketika dibuka dari kemasan, kopi tsb pelit dengan aroma, bahkan apek... ya udadeh, buang aja, biasanya memang nggak enak.
Begitu banyak kopi berkwalitas yang dihasilkan negara kita, sebut misalnya Aceh Gayo, Lintong, Sidikalang, Mandailing, Toraja Kalosi, Jawa, Flores, Bali, bahkan ada yang setara dengan Blue Mountain Coffee dari Jamaica, yaitu Kopi Wamena dari Papua, yang konon perkebunannya masih asli hutan di ketinggian 1600m dpl, dan bibitnya dibawa langsung dari Blue Mountain Jamaica, oleh seorang Belanda pada tahun sekian (ga tau taun kapan, hehehehe...) Masing-masing jenis dari tempat berbeda akan mempunyai rasa aroma, dan sensasi yang berbeda. Para ahli kopi akan bisa membedakan rasa kopi tsb, seperti misalnya mengandung rasa sweet choco, fruity, herbal, spicy, begitu juga tingkat keasaman, dll, yang semua mempunyai skala tersendiri. Karena itulah, mengoleksi berbagai jenis kopi akan menjadi sangat mengasyikkan. Setiap mengunjungi suatu tempat, saya selalu berusaha untuk mendapatkan kopi asli daerah tersebut, pun oleh-oleh dari rekan-rekan yang kebetulan berkunjung di suatu daerah, pastilah yang saya harapkan adalah kopi.
Berbicara mengenai tempat minum kopi juga tak akan ada habisnya, mulai dari warung-kopi kelas kaki lima, warung tenda, warung pinggir jalan hingga cafe-cafe modern lengkap dengan peralatan modern, fasilitas hotspot, sofa empuk, serta layar lebar yang sangat datar dan setipis karton.
Hampir seluruh daerah mempunyai warung kopi dengan kekhasannya masing-masing. Waktu di Pontianak dulu, tahun 70 an, saya teringat dengan warung kopi legendaris, Sukahati di Jl. Tanjungpura, selalu ramai pengunjung siang dan malam, padahal menunya sangat sederhana, sekedar kopi, kopi susu dan pisang goreng kaya.
Di Pontianak sendiri warung kopi selalu ramai,lihatlah misalnya disepanjang jalan Gajah Mada di malam hari. Atau kalau kita berjalan dari Pontianak, Jungkat, Peniti, Sei.Pinyo (ada kenangan tersendiri di warung kopi Sei Pinyo, hehehehe..), Mempawah, Singkawang, Sambas, Sanggau, pasti akan mudah menjumpai warung kopi.

Suasana di warung kopi demikian cair, lumer dan bercampur dengan harmoni, bagaikan takaran yang pas antara kopi, gula, susu, krimer..

Tak ada batas, tak ada dinding sekat pemisah. Saya teringat akan warung kopi di Solo, hanya warung tenda, Tanyakan ke Willy, dia tau itu.. Di warung kopi sederhana itu, bisa saja disebelah kita duduk seorang DanRem berpangkat Kolonel, atau Kapolres berpangkat AKBP, atau Walikota, Pengusaha, Pengacara, Wartawan, Penyair, Sopir Angkot, Pelajar, Mahasiswa, bahkan pengangguran. Semua bebas berbicara dengan santai,ada pembicaraan politik, diskusi harga yang selalu naik, gosip artis, sepak bola, transaksi bisnis atau apapun juga, biasanya tak ada tema khusus, sekedar bicara saja, tapi terasa suasana yang hangat, hommy. Mungkin tidak saling kenal, tapi selalu ada keinginan untuk bertemu kembali, bahkan menjadikan warung kopi semacam komunitas tak resmi.
Memang berbicara tentang kopi tak akan pernah habisnya. Nah kapan rekan-rekan akan mengajak Abang ngopi bareng, saya tau banyak tempat ngopi di Jakarta yang asyik..

Salam hangat, Horas Jala Gabe, Mauliate Godang, Merdeka... hahahahahahaha....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar