Hayo cepat kasih komentar

Hayo cepat kasih komentar
Kucing Lagi Nodong..where's my comment ?
SELAMAT DATANG DI FORUM KOMUNIKASI ALUMNI SEKOLAH BRUDER 79 PONTIANAK.

BLOG INI DIBUAT SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTAR ALUMNI SEKOLAH BRUDER-PONTIANAK. KHUSUSNYA TEMAN-TEMAN YANG LULUS SD TAHUN 1972, LULUS SMP 1975 DAN LULUS SMA 1979.
ALAMAT EMAIL SEBAGAI BASIS KOMUNIKASI ADALAH
bruder79@gmail.com

FORUM/BLOG INI MILIK KITA SEMUA, DIPERSILAHKAN IKUT MENGELOLA BLOG INI AGAR MENJADI SEBUAH BLOG YANG BAGUS DAN BERMANFAAT.

SANGAT SANGAT DIHARAPKAN KONTRIBUSI DARI TEMAN-TEMAN UNTUK AKTIF MENGISI FORUM INI. TULISAN, ARTIKEL, FOTO-FOTO DAPAT DIKIRIM MELALUI EMAIL NANTI AKAN DIMUAT DALAM BLOG.

ATAU Silahkan langsung menulis sesuatu atau komentar dengan meng-klik "KOMENTAR" di foot-note (di bawah artikel) atau kirim email ke bruder79@gmail.com


PHOTO-SLIDE EPISODE #1

Jika teman-teman masih menyimpan foto-foto tempo dulu yang ada kaitannya dengan sekolah di AR Hakim itu, kirim melalui email kepada kami.................................................

14 Maret, 2009

KISAH CINTA DARI ES-EM-A (2)

(sambungan)

Sewaktu di kelas 2 es-em-a, aku masih sering main dengan Iik dan Rudy, juga Hasyim dan Anton. Tapi anggota tetapnya yah kami bertiga. Alkisah pada saat ulangan kenaikan kelas, kita ulangan nya tidak setiap hari, tapi berseling. Hari ini ulangan, besok libur, lusa ulangan lagi. Tentu teman-teman masih ingat itu. Nah selama ujian aku sering belajar bersama di rumah Iik. Entah belajar atau ndak yang jelas ngumpul disitu. Funen juga pernah ikut.  Karena waktu yang cukup longgar itu, kalau pas hari liburnya kita setiap siang pasti ke Pontianak Theatre. Nonton……….. Kalo di PT filmnya belum ganti, kita ke bioskop lain. Kalo tempat lain ndak ada film bagus, yah ngulang lagi nonton di PT. Itu berlangsung setiap hari sepanjang musim ulangan. Hahaha…gile bener. Aku masih ingat, waktu itu bulan puasa. Jadi semuanya puasa, cuma aku yang ndak puasa. Tapi begitu tiba jam makan siang, satu per satu menyatakan dirinya “berbuka puasa”. Selalu mulai dari si Iik. Iik akan bilang : Will, aku lapar nih, aku batal lah hari ini. Rud, kau gimana ? Rudy selalu jawab : Akh kau nih Ik, payah. Baru jam 12 udah ndak kuat. Lihat aku nih aku masih kuat. Sim, masih kuat Sim ? Masihlah, kata Hasyim. Sudah begitu, meluncurlah kita berempat ke rumah makan. Paling sering yah ke kwee tiauw di pojokan jalan Diponegoro – Antasari. Atau masakan Tio Ciu di seberang bioskop Menara. Begitu makanan nya sudah datang lalu kita makan berdua. Rudy kemudian akan teriak : Jang, kwee tiauw satu lagi yah. Hahahaha…kita semua ketawa karna dia selalu nyerah pada saat-saat seperti itu. Hanya Hasyim yang tahan. Dia akan keluar ke depan rumah makan, jongkong nongkrong tungguin kita makan. Selesai makan, pergilah kita ke PT, karna jam main film udah dekat. Sesuai prodesur, beli karcis, terus masuk. Duduk paling belakang. Tidak lupa kita beli minuman dingin dan snack. Hah….sedap.

Film mulai ditayangkan, tiba-tiba ada yang teriak dengan kesal : “Ah…pukimak, setan semua nih, mana minuman yang tadi kau beli, masih ada lebih buat aku ndak ?” akhirnya Hasyim menyerah juga. Hahaha…… akhirnya.

(bersambung lagi apa ndak yah ?)

Read More......

13 Maret, 2009

KISAH CINTA DARI ES-EM-A

Kali ini aku mau bernostalgia dengan bercerita tentang masa lalu, yang kadang kalau diingat kembali, hehehe…konyol dan geli sendiri. Setelah hampir 30 tahun berlalu, rasanya cerita konyol ini sudah boleh dibuka untuk “umum”, seperti rahasia negara, suatu saat boleh “dibeberkan”. Disamping sebagai cerita lama, mungkin bisa meramaikan blog ini. Biar banyak yang berkunjung dan membaca posting-posting di sini. Ok aku mulai yah.

Sewaktu masih di sma st.paulus, hampir tiap malam aku pergi keluar rumah, dan yang paling sering adalah ke Mini Hotel tempatnya Rudy Hamidy Riboet. Di sana sudah seperti markas tempat kita nongkrong, kongkouw-kongkouw. Kalau malas pergi yah kita bisa ngobrol sampai jam 11 malam. Dan biasanya kita pergi jalan-jalan keliling putar-putar tak ade tujuan. Yang suka ngumpul di situ adalah aku, Rudy (tentunya), Hasyim, Anton Belande, siapa lagi aku juga udah lupa. Termasuk Iik.

Suatu malam, hujan turun lumayan deras mengguyur kota Pontianak, kebetulan cuma ada aku dan Rudy di sana. Ngobrol ngalor-ngidul nggak keruan, timbul ide untuk jalan pakai motor. Lho kan hujan masih lebat. Pakai payung lah, kata si Rudy. Terus dia ke belakang hotel, ambil payung ibunya. Berwarna dan ada bunga-bunga nya lagi, maklum lah payung emak-emak. hehehehe…… Jalan pelan-pelan, Rudy di depan, aku di belakang bawa payung, supaya kite berdua ndak basah. Persis dua orang bego yang tak ade kerjaan. Kemane ni kite ? Jalan jak kata Rudy. Diarahkanlah motornya ke daerah Sentiong, terus putar lagi ke jalan Kalimantan. Karena hujan cukup lebat dan sudah sekitar jam 10 malam, jalanan sangat sepi apalagi didaerah KotaBaru. Sambil bawa payung di bawah hujan, kita berdua pun nyanyi-nyanyi…… Dari lagu Bimbi-nya Rollies sampai lagu Begadang nya Rhoma Irama. Pokoknya asal cuap. Nah agak ke ujung jalan Kalimantan, sampailah kita dekat rumah Ninik, lewat sekali, tengok ke loteng, e….belum tidok tuh budak, masih nyala lampu kamarnya. Balik lagi. Dasar udah penasaran, nyanyilah kita berdua lagunya Titik Puspa. Mau tau lagunya ?

“Sayang, selamat malam. Sayang, selamat tidur.
Sayang, mimpi indah, tentang kau dan aku…………
panggil nama-ku sebelum tidur,
agar kuhadir dalam mimpimu……………..dst…dst…..”

Klik di sini untuk mendengarkan lagunya lewat Grace Simon.

hihihi……… kalau diingat-ingat, geli sendiri, konyol, degel, pulik. Halo Ninik, sorry ya aku libatkan nama kau dalam posting kali ini. Beberapa waktu yang lalu aku juga sempat bercerita ke anak-anak aku, mereka ketawa terbahak-bahak setelah dengar cerita “Jai Hwa Chat Berpayung dalam Hujan sambil bernyanyi” ini. Ih….papa lebai, katanya. Yah ndak apa-apa, yang penting masa sekolah penuh bahagia, toh bukan dosa kalo cuma konyol2an kayak gitu.

Biasanya kalau ndak hujan, kita keliling naik motor ke arah jalan Tanjungpura, jam 10-11 an, mendekati gang Irama, kita akan masuk ke depan rumahnya Hadi, karena rumah Hadi ndak pake pagar, kita bebas sampai depan pintu. Ketok pintunya terus ngacir kabur. Hehehehe…. biasanya bapaknya Hadi keluar buka pintu, tapi kita udah jauh. Hahahaha. Atau ke Kapuas Besar, ke rumah Tonardi, sampai sana, ketok pintunya sekeras-kerasnya terus ngegas….kabur. Wes…wes…pokoknya sehari ndak begurau kayaknya ndak seru.

Ada cerita malam jumat kliwon, pas waktu itu ada Rudy, aku, Hasyim, Anton dan Iik. Jalan LAH kita pake mobil opelet Bapak nya Rudy. Udah kesana-kemari nggak keruan, timbul ide, aku bisik ke Rudy yang lagi nyopir. Ke gang Tengah Rud, ke kuburan. Pergilah kita ke gang tengah yang ada kuburan nya. ndak jauh dari rumahnya pak SaEdi. Karena kita semua tau, Iik paling takut hantu. Sampai di tengah-tengah jalan yang kiri-kanannya kuburan, tiba-tiba Rudy ngerem, matikan mesin, terus lampu semua dimatikan. Keadaan sekitar gelap gulita. Tau apa yang terjadi ? Terdengarlah lolongan teriakan si Iik : “Ampuuun…..ibuuuuu”, wahahahahaha….die histeris ketakutan, sambil panggil ibunye. Degel tuh budak…………

Ee udah dulu akh………….lain kali sambung ye ? (bersambung) Episode berikut : Nonton tiap hari di Pontianak Theatre….

Read More......

09 Maret, 2009

KOPI, SEDAAAAAAAP......



Semua kita pastilah mengenal kopi, walaupun tak semua dari kita penikmat kopi apalagi maniak kopi.
Bagi saya sendiri, kopi adalah suatu kebutuhan utama sebagaimana halnya kebutuhan akan seks, selalu memberi kenikmatan yang lebih, lebih dan lebih, tetapi sekaligus juga selalu kurang dan kurang dan selalu akan mengulang kembali. Sebagaimana yang dikatakan rekan kita Willy, bahwa kenikmatannya cepat terlupakan, walau tetap membekas (halah si abang berbelit-belit banget, capedeeeeehh) dan perlu disegarkan kembali dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kopi bagi saya adalah ritual, pagi, siang, sore, bahkan di malam hari. Malam hari?? ga takut kalo ga bisa tidur?? ya nggak lah karena memang,minum kopi pasti tak bisa tidur, hehehehe... mana ada orang yang bisa minum kopi kalau lagi tidur... hehehehe...
Sedemikian ritualnya kopi bagi saya, hingga dalam membuatnya (kecuali kopi 3 in 1 instant)saya selalu mengerjakannya sendiri, mulai dari menyiapkan gelas, merebus air, menuangkan dan menghirup aromanya yang sanggup membuat seluruh sistim saraf saya terbangun dan berdiri tegap, serta memberikan sensasi yang membangkitkan imaji. Walau memang, peralatan untuk ngopi saya masih tergolong primitif, berhubung belum tersedia cukup dana dan belum dapat sponsor untuk beli peralatan yang harganya cukup aduhai.. hahahahaha...

Harga peralatan (baca: mesin kopi) memang ber macam-macam, mulai dari peralatan manual semisal FrenchPress seharga beberapa puluh ribu hingga ratusan ribu, Vietnam Drip yang seratusan ribu, atau mesin kopi yang sederhana seharga ratusan ribu hingga mesin kopi yang berharga jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Marzocco misalnya, konon mencapai USD 7.500,- ya, lebih dar 75 juta rupiah.

Memang sih alat ini biasanya terpasang di cafe kelas atas. Tapi sekedar tahu saja, banyak penikmat kopi yang mempunyai dan mengoleksi peralatan kopi dirumah untuk keperluan sendiri seharga belasan juta rupiah, atau puluhan juta dan terdiri dari berbagai jenis, merk dan type. Yakh.. namanya saja demi kepuasan.
Saya sendiri bukanlah ahli kopi, sekedar penikmat saja. Kopi sendiri mempunyai aturan baku yang cukup rumit, ada standard penyimpanan, standard kekeringan, standard keasaman, dan standard-standard lainnya yang berlaku secara internasional, bahkan ada ahli pencicip kopi.
Bagi saya sendiri, sebagai penikmat, cukuplah apabila kopi ketika mulai dibuka dari bungkus hingga ketika disedu, mengeluarkan aroma yang harum, biasanya kopi tersebut enak. Tetapi kalau ketika dibuka dari kemasan, kopi tsb pelit dengan aroma, bahkan apek... ya udadeh, buang aja, biasanya memang nggak enak.
Begitu banyak kopi berkwalitas yang dihasilkan negara kita, sebut misalnya Aceh Gayo, Lintong, Sidikalang, Mandailing, Toraja Kalosi, Jawa, Flores, Bali, bahkan ada yang setara dengan Blue Mountain Coffee dari Jamaica, yaitu Kopi Wamena dari Papua, yang konon perkebunannya masih asli hutan di ketinggian 1600m dpl, dan bibitnya dibawa langsung dari Blue Mountain Jamaica, oleh seorang Belanda pada tahun sekian (ga tau taun kapan, hehehehe...) Masing-masing jenis dari tempat berbeda akan mempunyai rasa aroma, dan sensasi yang berbeda. Para ahli kopi akan bisa membedakan rasa kopi tsb, seperti misalnya mengandung rasa sweet choco, fruity, herbal, spicy, begitu juga tingkat keasaman, dll, yang semua mempunyai skala tersendiri. Karena itulah, mengoleksi berbagai jenis kopi akan menjadi sangat mengasyikkan. Setiap mengunjungi suatu tempat, saya selalu berusaha untuk mendapatkan kopi asli daerah tersebut, pun oleh-oleh dari rekan-rekan yang kebetulan berkunjung di suatu daerah, pastilah yang saya harapkan adalah kopi.
Berbicara mengenai tempat minum kopi juga tak akan ada habisnya, mulai dari warung-kopi kelas kaki lima, warung tenda, warung pinggir jalan hingga cafe-cafe modern lengkap dengan peralatan modern, fasilitas hotspot, sofa empuk, serta layar lebar yang sangat datar dan setipis karton.
Hampir seluruh daerah mempunyai warung kopi dengan kekhasannya masing-masing. Waktu di Pontianak dulu, tahun 70 an, saya teringat dengan warung kopi legendaris, Sukahati di Jl. Tanjungpura, selalu ramai pengunjung siang dan malam, padahal menunya sangat sederhana, sekedar kopi, kopi susu dan pisang goreng kaya.
Di Pontianak sendiri warung kopi selalu ramai,lihatlah misalnya disepanjang jalan Gajah Mada di malam hari. Atau kalau kita berjalan dari Pontianak, Jungkat, Peniti, Sei.Pinyo (ada kenangan tersendiri di warung kopi Sei Pinyo, hehehehe..), Mempawah, Singkawang, Sambas, Sanggau, pasti akan mudah menjumpai warung kopi.

Suasana di warung kopi demikian cair, lumer dan bercampur dengan harmoni, bagaikan takaran yang pas antara kopi, gula, susu, krimer..

Tak ada batas, tak ada dinding sekat pemisah. Saya teringat akan warung kopi di Solo, hanya warung tenda, Tanyakan ke Willy, dia tau itu.. Di warung kopi sederhana itu, bisa saja disebelah kita duduk seorang DanRem berpangkat Kolonel, atau Kapolres berpangkat AKBP, atau Walikota, Pengusaha, Pengacara, Wartawan, Penyair, Sopir Angkot, Pelajar, Mahasiswa, bahkan pengangguran. Semua bebas berbicara dengan santai,ada pembicaraan politik, diskusi harga yang selalu naik, gosip artis, sepak bola, transaksi bisnis atau apapun juga, biasanya tak ada tema khusus, sekedar bicara saja, tapi terasa suasana yang hangat, hommy. Mungkin tidak saling kenal, tapi selalu ada keinginan untuk bertemu kembali, bahkan menjadikan warung kopi semacam komunitas tak resmi.
Memang berbicara tentang kopi tak akan pernah habisnya. Nah kapan rekan-rekan akan mengajak Abang ngopi bareng, saya tau banyak tempat ngopi di Jakarta yang asyik..

Salam hangat, Horas Jala Gabe, Mauliate Godang, Merdeka... hahahahahahaha....
Read More......