Danau Sentarum adalah gugusan danau-danau yang berada di perhuluan Sungai Kapuas, lebih kurang 700 km dari Ibukota Propinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Kawasan ini dikenal sebagai Taman Nasional Danau Sentarum (Danau Sentarum National Park – DSNP), dengan luas 132.000 hektar. Danau Sentarum terbentuk pada jaman es (periode pleistogen). Terdapat 510 spesies tumbuhan, 33 diantaranya endemic, dan 10 diantaranya spesies baru. 141 spesies mamalia, 29 diantaranya endemic dan 64% adalah endemic Borneo. 266 spesies ikan. 78% nya adalah spesies ikan air tawar endemic Borneo, serta merupakan habitat ikan air tawar terlengkap di dunia. Disamping itu, hutan Danau Sentarum adalah hutan yang sangat bagus sebagai habitat lebah hutan (Apis Dorsata).
Terdapat 55 kampung di Danau Sentarum, 22 kampung diantaranya memanfaatkan madu hutan (Apis Dorsata), sebagai mata pencaharian. Penduduk dikawasan ini berupaya memaksimalkan potensi alam dengan terus menjaga kawasan sebagai imbangan Insentif Alam terhadap manusia, diantaranya dengan melakukan pemanenan madu dengan tehnik panen lestari, yaitu dengan cara memanen sarang madu yang telah matang dengan memotong kepala madu dan meninggalkan labang tua. Dengan cara ini madu yang dipanen adalah madu yang sudah matang, tidak banyak lebah yang mati ketika panen, larva terjaga, sehingga populasi lebah tetap terjaga bahkan dapat bertambah. Disamping itu cara pengambilan madu tidak dengan memeras sarang, akan tetapi dengan cara memotong sarang (labang kepala) dan meletakkannya diatas kain penapis (saringan) kemudian dibiarkan menetes dengan sendirinya.
Pohon tempat bersarangnya madu hutan Danau Sentarum adalah pohon-pohon tinggi dengan ketinggian 30 – 50 meter, bahkan tidak jarang lebih dari 50 meter tingginya. Pohon yang biasanya dijadikan sarang oleh madu hutan (apis dorsata) di Danau Sentarum diantaranya pohon Rengas (Gluta Rengas), pohon Ran (Dipterocarpustempehes), pohon Tempurau (Dipterocarpus Grasilis).
Sedangkan sumber nectar/bunga bagi pakan lebah tersebut diantaranya, Masung (Syzygium Clauviflora), bunga Putat (Barringtonia Acutangula), bunga Marbemban (Xanthophyllum sp), Kayu Taun (Carallia Bracteaca), Ubah (Syzygium Ducifolium), Kawi (Shorea Belangeran), Leban (Vitex Pinnata), Akar Libang (Monocarpus sp), Ringin (Dillenia Beccariana) dll.
Perbedaan Madu Hutan dengan Madu TernakTentu saja perbedaan utama adalah Madu Hutan berasal dari lebah liar yang mempunyai habitat di alam (hutan), berasal dari lebah Apis Dorsata yang hingga saat ini belum bisa dibudidayakan dengan cara di ternak.
Sedangkan madu ternak, adalah lebah-lebah yang diternakkan (dibudidayakan) dalam koloni-koloni (sarang buatan) yang dibuat oleh manusia. Jenis lebahnya adalah Apis Cerana, Apis Melifera.
Madu Hutan didalam penanganannya tidak mendapat campur tangan manusia, bebas membuat koloni (sarang) di pohon, kadang kadang juga dibebatuan di tebing jurang, pun demikian dengan pakan, memilih sendiri dari bunga-bunga yang ada secara alami dihutan, sehingga dapat dikatakan bahwa Madu Hutan adalah Organik. Dan Madu Hutan Danau Sentarum telah mendapatkan Sertifikat Organik dari BIOCert, serta tergabung dalam JMHI (Jaringan Madu Hutan Indonesia).
Sedangkan madu ternak dalam penanganannya mendapat campur tangan manusia secara langsung, sarangnya berada pada kotak-kotak yang disediakan manusia, dan pada periode tertentu juga diberi pakan berupa gula pasir.
TIMANG LALAU
Madu Hutan Danau Sentarum dipanen sesuai dengan adat istiadat masyarakat Danau Sentarum, dimana sebelum memanen, mereka mengadakan ritual dengan menyanyikan “timang lalau”. Inti dari timang lalau adalah untuk menenangkan para lebah, sekaligus doa keselamatan, agar madu yang dihasilkan berkwalitas baik dan bermanfaat bagi manusia. Pesan dari lagu tersebut adalah minta izin pada ratu lebah untuk memanen madu, dan janji untuk menjaga hutan, agar manusia dan lebah hidup damai dalam satu rantai kehidupan. Ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Iban dan Melayu di Danau Sentarum, sebagai wujud rasa hormat manusia pada lebah dan hutan yang menjadi sumber penghidupan mereka. Karena lebah hutan (Apis Dorsata) hanya bisa hidup di hutan tropis yang terjaga kondisinya.Usai menyanyikan “Timang Lalau”, para Pemuar (sebutan pengumpul madu hutan dalam bahasa Dayak Iban), bersiap memanjat pohon tempurau (Diptero Carpus Valido), pohon Rengas (Gluta Rengas), ditengah gelapnya malam, diiringi percik bunga api dan kepulan asap, ditingkahi nyanyian burung burung malam, untuk memanen madu hutan.
Dengan mengkonsumsi Madu Hutan Danau Sentarum, berarti Anda juga akan mendapatkan manfaat kesehatan yang berasal dari Madu Hutan dengan kwalitas terbaik, sekaligus Anda juga telah turut serta berpartisipasi dalam kampanye global penyelamatan lingkungan hidup dan komunitas masyarakat.
Read More......