Masak sih ? Menulis bisa bikin ketagihan ? Tidak percaya, coba tanya dengan si Abang Amir. Sejak blog ini diluncurkan, dia semakin getol menulis.
Memang bagi yang tidak suka menulis atau yang belum pernah menulis, “menulis sesuatu” merupakan sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Bagaimana menuangkan “sebuah ide atau gagasan atau buah pikiran” yang tiba-tiba saja “muncul” ke dalam tulisan. Padahal tidak perlu demikian, cobalah segera menulis ketika hasrat untuk menuliskan sesuatu itu muncul. Jangan sekali sekali berperan sebagai ahli bahasa atau sebagai ahli cerita pada saat kita mulai menulis. Karena jikalau kita sudah mulai menilai tata-bahasa sembari menulis, percayalah…tulisan itu tidak akan pernah terwujud. Tulis saja, mau bagus atau tidak, tata bahasanya benar atau salah, sebodo teuing…………. toh masih ada waktu untuk mengoreksi, meng-edit jika cerita itu sudah selesai ? Yang terpenting adalah ide dari cerita itu sendiri. Tidak percaya ? Cobalah mulai menuangkan “buah pikiran” anda sekarang juga. Angkat pena anda begitu ide yang pertama muncul.
Kalau sudah terbiasa menulis, biasanya akan mulai ketagihan karena tiba-tiba merasa pe-de, eh…kok gua bisa juga yah menjadi penulis. Niscaya segala macam hal yang berkeliaran di alam pikiran dapat diwujudkan ke dalam sebuah tulisan. Seperti seks, menulis butuh libido. Dan kerap menjadi ketagihan karena kenikmatannya. Kenikmatan dari menulis sungguh luar biasa. Ketika sebuah tulisan berhasil diwujudkan, wow….layaknya mencapai kenikmatan orgasme. Karena memory seksual sangat singkat (kata Rendra), selalu kita ingin mengulanginya. Nah, mulailah muncul ketagihan itu.
Ketika pertama kali mulai menulis, saya masih kelas 3 es-em-pe. Masih acak-acakan dan cenderung banyak meniru tulisan orang lain. Di es-em-a barulah mulai menulis lebih benar. Apalagi saya diminta mengasuh Majalah Dinding Sekolah, produktivitas menulis puisi meningkat. Semakin sering kirim puisi ke radio Diah Rosanti. Dan kirim puisi juga ke majalah Midi. Puisi saya pernah dimuat di majalah Midi tahun 1976. Kebiasaan-kebiasaan itulah yang membuat saya “ketagihan” menulis, meskipun belakangan ini untuk menulis sebuah sajak pun, saya belum berhasil. Sajak terakhir yang saya tulis adalah sajak yang berjudul KONTEMPLASI pada tahun 2000. Setelah itu, belum ada yang “jadi”. Atau mungkin saya harus jatuh cinta lagi untuk bisa menulis sajak ? Gombal…………. Akhirnya pelampiasan menulis disalurkan ke bentuk yang lain (bukan masturbasi) yaitu dalam bentuk tulisan ilmiah, esai, atau sekarang dengan adanya blog, semua bisa jadi tulisan. Dari yang serius sampai yang konyol. Apa yang saya baca, tertarik, e…..bisa jadi tulisan tuh. Amir juga begitu sekarang, dia sudah “jago” nulis sekarang ini. Nah, belajarlah dari Amir sehingga menulis bisa menjadi “bagian dari hidup” kita pada usia yang semakin senja. Hehehehe………..
Bahkan dari sekarang saya sudah menyimpan sebuah “obsesi”” atau “sebuah impian”….bukan hal yang muluk-muluk, yaitu jika suatu hari saya sudah pensiun (maksudnya tidak perlu bekerja lagi), saya mau : (1). belajar main piano. (2). bikin novel. Nikmat rasanya di usia senja, setiap hari masih punya kegiatan 5 sampai 6 jam sehari untuk menulis sebuah novel. Syukur-syukur bisa jadi “best seller” seperti J.K.Rouwling dengan Harry Porter nya.
Oleh karena itu, hingga hari ini saya menulis terus dan terus, seperti pada saat anda membaca posting saya ini…..saya sudah orgasme berulang-ulang dengan kenikmatan yang luar biasa. Jadi kapan anda mau menulis ? Segeralah angkat pena, jangan ditunda lagi. Selamat mencoba. (willy cw)
Baguslah sobat, asal jangan orgasme sambil nulis ....... hwahahahaha
BalasHapus