Duduk di sini,
di bawah flamboyant yang mendesah,
kita bercerita tentang sebuah perjalanan panjang.
Tentang esok yang masih samar.
Duduk di kantin yang teduh,
kita berbagi cerita tentang selangit keceriaan
yang berlari di lapangan basket.
Kemudian, kita saling menatap
wajah demi wajah
dan tawa pun berderai mewarnai setiap kataku, dan katamu.
Sementara itu,
ada banyak keceriaan yang menempel di setiap dinding,
setiap papan tulis yang telah merekam sejuta kenangan
tentang kau dan aku.
Santo Paulus,
tempat dimana segala gerah dan resah diredakan
tempat segala kecewa dijinakkan.
Sementara kau tetap menghitung setiap senja berlalu
dalam bisu yang misterius,
dalam keangkuhanmu yang mulai lunglai.
Selamat sore, santo paulus.
Esok,
masih ada sejuta mentari senja
menentang setiap langkah perjalananmu.
awal 1980
